Thursday, October 30, 2014

Apakah Mi Instan Berbahaya Bagi Kesehatan?



Siapa tidak kenal mi instan? Makanan ekonomis yang mudah dan cepat dibuat serta memiliki variasi rasa yang luas. Di kala waktu terbatas dan sibuk atau sore-sore saat hujan atau menemani nonton bola di malam hari, sajian mi instan seringkali memang tidak tergantikan. Dan yang pasti, konsumsi mi instan memang membuat kangen dimana pun kita berada.
Karena makanan ini termasuk makanan yang cukup banyak dan rutin dikonsumsi luas serta sudah mendapat tempat di hati kita semua, maka sudah seharusnya kita semua mengetahui konsekuensi kesehatan yang mungkin terjadi ketika mengkonsumsi mi instan.
Berikut ini penjelasan selengkapnya:

1. Menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi
Suatu penelitian menunjukkan bahwa mengkonsumsi mi instan membuat seseorang mengalami peningkatan yang signifikan untuk zat nutrisi berikut ini:

    • vitamin B1
    • vitamin B2
    • kalori
    • lemak
    • garam

      Namun dilain sisi, ada beberapa zat nutrisi lainnya yang signifikan lebih rendah dibandingkan zat-zat nutrisi diatas dibandingkan pada orang yang tidak mengkonsumsi mi instan, diantaranya:

        • protein
        • kalsium
        • fosfor
        • zat besi
        • kalium
        • vitamin A
        • vitamin B3
        • vitamin C 

        2. Memicu GERD (Gastro Oesophageal Disease)
        GERD atau Penyakit Refluks Gastroesofageal terjadi akibat naiknya cairan lambung kekerongkongan. Hal ini disebabkan klep antara lambung dan kerongkongan tidak berfungsi dengan baik. Penyakit ini disebabkan oleh banyak hal termasuk makanan. Makanan-makanan tertentu dapat bersifat refluksogenik atau merangsang terjadinya refluks (aliran balik asam lambung dari lambung ke kerongkongan). Makanan-makanan ini termasuk makanan pedas, makanan berlemak, makanan manis, roti, alkohol, minuman bersoda, dan minuman yang mengandung kafein.
        Dalam suatu penelitian, mi instan juga termasuk dalam makanan bersifat refluksogenik. Mi instan dapat memicu gejala GERD menjadi lebih parah.
        Hal ini mungkin disebabkan karena:

          • Kandungan karbohidrat yang tinggi dalam mi instan. Dalam penelitian terbaru ditemukan bahwa diet rendah karbohidrat pada penderita GERD secara signifikan mengurangi gejala.
          • Penyebab lain diduga adalah karena mi biasanya dibuat dari terigu yang lebih mungkin memicu gejala GERD dari pada nasi.
          • Dan terakhir, penyebab yang juga mungkin adalah karena kandungan garam yang tinggi di dalam bumbu mi instan yang merupakan pemicu kuat munculnya gejala GERD.  

          3. Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung dan Lainnya

          Sindrom kardio-metabolik adalah suatu rangkaian masalah kesehatan yang menyangkut organ jantung dan pembuluh darah, ginjal, sistem metabolik tubuh, sistem pembekuan darah, dan peradangan. Semua rangkaian masalah kesehatan tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung pembuluh darah, diabetes tipe 2, stroke, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi dalam darah. Kondisi ini merupakan faktor risiko kuat untuk berkembangnya penyakit jantung pembuluh darah dan stroke yang parah dan muncul pada usia muda.

          Pada sebuah penelitian yang belum lama ini dipublikasi, konsumsi mi instan ≥2 kali dalam seminggu terkait dengan peningkatan kejadian sindrom kardio-metabolik sebesar 68%, dan terutama pada wanita, terlepas dari makanan lain yang mereka konsumsi.

          Hal ini mungkin disebabkan karena:

          • Wanita memiliki homon seks dan metabolisme yang berbeda dibanding pria.
          • Selain itu, kemasan mi instan yang  sering dilapisi dengan BPA yang dapat mengganggu keseimbangan estrogen sehingga meningkatkan risiko terjadinya sindrom kardio-metabolik.
           4. Meningkatkan Risiko Kanker Lambung

          Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kaitan antara kanker lambung dan konsumsi mi instan. Ditemukan bahwa konsumsi mi instan terkait dengan risiko kanker lambung yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan mi biasa.
          Memang sulit ditampik, makanan olah dewasa ini kebanyakan diduga kuat sebagai pencetus kanker. Seperti halnya sosis dan daging olahan lainnya. (Baca: Daging Olahan Sebabkan Kanker?)
          Selain itu, mi instan juga diyakini dapat menurunkan kadar gula darah pada orang dewasa yang mengkonsumsinya.

          5. Menurunkan Kadar Gula Darah
          Dalam suatu penelitian, ditemukan bahwa konsumsi mi instan menurunkan glukosa darah pada orang dewasa sehat jika dibandingkan dengan konsumsi nasi.
          Sebenarnya, tidak ada larangan mutlak untuk mengkonsumsi mi instan. Prinsip utamanya adalah agar mengkonsumsi makanan secara tidak berlebihan dan bervariasi agar kebutuhan nutrisi tubuh terpenuhi dengan seimbang. Namun, dengan mengetahui konsekuensi dari konsumsi mi instan yang berlebihan maka kita dapat semakin cerdas dan bijaksana dalam memilih variasi makanan yang sehat dan berguna untuk tubuh. 
          Sumber:

            1. Shin HJCho ELee HJFung TTRimm ERosner BManson JEWheelan KHu FB.Instant noodle intake and dietary patterns are associated with distinct cardiometabolic risk factors in Korea.J Nutr. 2014 Aug;144(8):1247-55.
            2. Castro JPEl-Atat FAMcFarlane SIAneja ASowers JR.Cardiometabolic syndrome: pathophysiology and treatment.CurrHypertens Rep. 2003 Oct;5(5):393-401.
            3. Juyeon ParkJung-Sug LeeYoung Ai JangHae Rang Chung,and Jeongseon Kim. A comparison of food and nutrient intake between instant noodle consumers and non-instant noodle consumers in Korean adults. Nutr Res Pract. Oct 2011; 5(5): 443–449.
            4. Ji Hyun SongSu Jin ChungJun Haeng LeeYoung-Ho KimDong Kyung ChangHee Jung SonJae J Kim,JongChul Rhee, and Poong-Lyul Rhee. Relationship BetweenGastroesophageal Reflux Symptoms and Dietary Factors in Korea. J NeurogastroenterolMotil. Jan 2011; 17(1): 54–60.
            5. Youm PY, Kim SH. A case - control study on dietary and other factors related to stomach cancer incidence. Korean J Nutr. 1998;31:62–71.
            6. Yoon SK, Kim MA. Glycemic responses of Korean domestic meals and diabetes meals in normal subjects. Korean J Food Nutr. 1998;11:303–311.
              Source


              EmoticonEmoticon