Tuesday, August 4, 2020

Pengembangan Jambu Mete Unggul dengan Grafting



Jambu Mete

Jambu mete (Anacardium occidentale L.) termasuk salah satu tanaman perkebunan yang mendapatkan prioritas dalam pengembangan oleh balai penelitian tanaman rempah dan obat (BALITTRO) Kementrian pertanian, karena dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di daerah marjinal khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Sentra produksi jambu mete di Indonesia berada di Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan Jawa Timur, Jawa Tengah dan Bali. Penanaman jambu mete di Indonesia sebagian besar (± 97 %) diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat baik secara monokultur maupun polikultur dengan kondisi pertanaman yang bervariasi dari kurang baik sampai dengan baik.
.
Luas areal pengembangan tanaman jambu mete di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, pada tahun 1978 hanya seluas 82,511 ha dan pada tahun 2007 meningkat hampir
7 kali lipat yaitu seluas 570,409 ha (Ditjenbun, 2008). Namun peningkatan luas areal tersebut tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas yang rata-rata hanya mencapai 256 kg gelondong/ha/tahun (Ditjenbun, 2008). Produktivitas jambu mete di Indonesia masih jauh dari potensi produksi sembilan varietas jambu mete yang ada yaitu 5,90-37,44 kg gelondong/pohon/tahun atau setara dengan 590-3744 kg gelondong/ha/tahun. Rendahnya produktivitas tanaman jambu mete antara lain karena pengembangannya sebagian besar masih menggunakan benih asalan dan diperbanyak secara generatif (biji). Oleh karena itu diperlukan benih jambu mete unggul untuk pengembangannya. Saat ini benih jambu mete unggul masih sulit diperoleh petani, karena antara lain masih terbatasnya informasi mengenai teknik perbanyakannya dan belum berkembangnya industri benih di sentra produksi.
.
Salah satu cara untuk mendapatkan benih unggul terutama dari segi produksi adalah melalui perbanyakan vegetatif karena akan diperoleh tanaman yang sifat-sifatnya sama seperti induknya dengan pertumbuhan dan produksi yang relatif seragam dan tinggi. Perbanyakan secara vegetatif pada tanaman jambu mete yang terbaik adalah dengan cara sambung pucuk (grafting). Jambu mete dapat juga diperbanyak secara generatif yaitu dengan biji, walaupun akan diperoleh tanaman yang mempunyai vigor cukup baik di lapangan, namun karena penyerbukan tanaman jambu mete bersifat menyerbuk silang, maka benih yang diperoleh bila ditanam pertumbuhan dan produksinya tidak akan seragam.

Grafting Jambu Mete Muna


Saat ini perbanyakan benih jambu mete melalui grafting dilakukan dengan menggunakan batang bawah yang telah berumur ± 3 bulan yang telah berdaun 13-15 helai dengan tinggi benih 40-50 cm (BSN, 2006; Hadad et al., 2007). Penggunaan batang bawah yang telah berumur ± 3 bulan masih dijumpai kelemahan antara lain adalah masa tunggu batang bawah siap grafting dan benih hasil grafting siap tanam lebih lama, sehingga memer- lukan upaya pemeliharaan dipembenihan yang lebih banyak (penyiraman, pengendalian hama, penyakit dan gulma). Selain itu tingkat keberhasilannya masih rendah yaitu sekitar 40 % (Hadad et.al, 2007). Oleh karena itu diperlukan teknik grafting yang lebih cepat dan efisien dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.

Grafting Jambu Mete


Tulisan ini menguraikan perbanyakan benih jambu mete unggul secara cepat dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Diharapkan dengan teknik perbanyakan ini para penangkar benih maupun petani dapat memperoleh benih jambu mete unggul secara cepat dan masal sehingga kedaulatan benih bagi petani akan terwujud. Untuk pengembangan wilayah baru dan peremajaan tanaman tua atau tidak produktif/produksi rendah (< 350 kg gelondong per ha) benihnya dapat berasal dari hasil perbanyakan mikro grafting, yang diharapkan produktivitas jambu mete akan meningkat.

Sumber : Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat - Balittro


EmoticonEmoticon