Wednesday, June 6, 2018

Cara Membuat Investor Berkata, YES!



Dalam berbisnis modal merupakan faktor yang sangat penting. Bagi UKM, modal adalah segalanya setelah market atau pasar. Sekali lagi saya ingatkan, modal adalah hal terpenting setelah pasar. Jangan terbalik. Kalau ada yang mengatakan, kita perlu modal supaya dapat pasar, maka satu hal pesan saya jika ada yang mengatakan hal seperti itu, tinggalkan mereka. Mereka bukan pebisnis. Mereka broker atau baru belajar bisnis.

Pasar atau market adalah nomor satu.

Begitu anda kenal pasar anda, tahu kebutuhan pasar, tahu mengisi kebutuhan pasar, tahu bagaimana menguasai pasar, maka modal dana adalah sebuah kepastian yang di butuhkan, namun mudah di dapatkan.

Bisa di bayangkan. Ada seorang kenalan anda, akan meminjam uang anda untuk usaha. Misalnya dia mau buka warung – warteg. Lalu di tanya oleh anda, berapa kira-kira transaksi perhari nanti di warteg yang akan kamu bangun?

O, belum tahu mas/mbak. Khan belum punya warungnya. Nanti setelah warungnya ada kita bisa tahu berapa transaksi perhari.

Beranikah anda meminjamkan uang anda ke dia?

Kita tanya lagi, kamu pernah buka warung? Kerja di warung?

Dia jawab, belum. Tapi kayaknya di sekitaran daerah sini kalau ada warteg pasti laku. Saya kalau cari warteg jauh. jadi kalau buka di sini pasti laku.

Berani anda pinjamkan uang anda? Atau dia minta anda invest, beranikah anda ber-investasi kepadanya?

Tetapi bisa anda bayangkan kalau jawabnya dia berkata begini, saya 5 tahun bekerja di warteg. Lalu sejak 3 tahun yang lalu, saya buat warteg kecil-kecilan dengan paman saya di daerah pamulang. Jalan bagus. Lalu saya sekarang ingin buka sendiri. Kebetulan ada lokasi bagus deket blok M. Karena di sana nggak ada warteg, ada tempat murah sewanya, mana deket terminal lagi. Sopir angkot banyak langganan kami di pamulang. Jadi bisa dipastikan kenal makanan kita nantinya. Saya sudah ada modal separuhnya tinggal separuh lagi.

Dengan penuturan seperti ini, akankah anda invest jika yang di mintakan nilai invastasinya adalah hanya 10 juta? dimana deposito anda saat ini ada mempunyai uang 300 juta an. Mau kah? Atau beranikah?

Secara psikologi kejiwaan anda bisa melihat orang tadi sangat siap. Bahkan saya yakin dalam hati anda bisa berkata, hilang saja atau rugi saja 10 juta berani anda. Benar begitu?

Baik, kita lanjut ke tujuan tulisan. Tulisan ini hanyalah ilustrasi. Dimana saya ingin memberikan pemahaman akan arti “psikologi dalam berbisnis”.

Dalam aplikasi psikologi yang di terapkan dalam bisnis, banyak factor yang akan kita bahas. Ada perilaku pasar, ada sifat pembeli, ada perilaku individu dalam organisasi, ada budaya perusahaan, ada social value atau nilai social dan banyak ragamnya lagi.

Kita berikan ilustrasi sederhana. Kita bayangkan dalam benak kita sekarang. Anda berada di daerah muslim misalnya. Sebuah toko bisa mengurangi unsur warna merah dalam outletnya diganti dengan dominan warna hijau atau di tambah nuansa warna hijau atau dominatkan warna putih. Karena bagi kaum muslim warna putih dan hijau itu “comforting colour”.

Di komunitas pecinan, maka warna merah adalah warna hoki. Warna merah di komunitas chinese adalah “comforting colour”. Kembali ke komunitas muslim, warna merah yang dominan bisa jadi :threat” atau uncomfort. Dan jangan coba melawan belief system seperti ini. ngak laku jualan anda.

Kita akan bahas banyak tentang hal seperti ini nati. Secara keilmuan mudah-mudahan saya boleh berbagi akan hal ini. Sedikit banyak, 4 tahun saya makan sekolahan untuk hal ini. Dalam behavioral business analysis secara panjang dan lengkap semua nanti akan di urai.

Kita kegenerasi muda atau lagi trend menyebut dengan nama generasi jaman now yang saat ini sulit mencari kerjaan di “9-5 office”, karena “nature” bisnis di dunia saat ini bergeser menjadi semi informal. Sehingga, membuat mereka lari membuka usaha, berwirausaha dan ini tidak salah. sangat benar malahan.

Namun ada kendala bagi generasi jaman now ini, efek yang mereka hadapi terbanyak adalah masalah, permodalan. Ok, kita beri gambaran “secara psikologis” perilaku investornya. Perilaku investornya “behavior”nya berbeda jauh dengan anak serkarang. Dan anak jaman now harus faham.

Pemodal besar baik itu berupa private equity fund, hudge fund, venture capital dan banyak lagi portofolio keuangan “where money makes money” kebanyakan usianya di atas 50 tahun an bahkan kalau di ambil rata-rata mereka angkatannya bill gates yaitu sekitar 60 tahunan.

Angkatan bill gates adalah mereka yang lahir di tahun 1953 hingga 1963. Dimana pada saat internet booming seperti sekarang ini, adalah ciptaan angkatan mereka-mereka ini.

Penguasaha wallstreet usianya di atas 60, para investor besar usianya di atas 60an. Dan ciri utama mereka, mereka bukan “gadget” minded.

Mereka masih merupakan manusia yang membutuhkan presentasi fisik. Mereka masih memerluka berhadapan secara fisik. Mereka masih melihat bagaimana anda di meja makan. Bagaimana anda berbicara dengan mereka di saat santai. Apa topic pembicaraan anda.

Mereka masih memerlukan melihat langsung “vibrasi” anda. Melihat langsung “body language” anda, merasakan langsung “ekspresi “ anda.

Mereka tidak perduli kan dengan presentasi mengkilat. Mereka masih melihat sepatu yang anda pakai, jas yang anda pakai, dan tentunya “kepercayaan” diri siapa anda. Masih di pentingkan. Sekali lagi, angkatan mereka (investor senior) masih membutuhkan “direct contact” dengan anda. Psikologi kejiwaan anda, kematangan emosi anda, kedalaman filosofi anda, dan tentunya “fire” di dalam diri anda.

Mereka ingin merasakan langsung.

Disinilah kegagalan terbesar para bisnis start up dalam mencari “dana investasi”.

Kegagalan anda para start up muda dalam meyakinkan investor terutama kegagalan menunjukan “how bad you want to success”, gagal menunjukan betapa “marahnya” anda, gagal membukti seberapa “lapar nya” anda.

Baiklah, sejauh ini, sudah terbayang tentang “efek kejiwaan” dari para pemilik dana? Sudah mulai memahami apa itu aplikasi psikologi dalam bisnis? Semoga catatan sederhana ini ada manfaatnya. # peace


EmoticonEmoticon