Tuesday, February 10, 2015

Kenapa Rasulullah Menyuruh Banyak Diam Dari Pada Bicara


Itulah sebabnya Rasulullah saw menyuruh kita banyak diam daripada bicara. Sebab bicara dapat membuat seseorang menyakiti orang lain, berbuat dusta, sombong dan riya. Yang kesemuanya berujung pada dosa yang bertumpu.
Betapa banyaknya dosa dari lidah yang salah terucap (baca: tulisan yg digoreskan). Jauh lbh banyak orang yang sengsara karena lidahnya daripada Amalnya. Jauh lebih banyak permusuhan karena ucapan daripada perbuatan.
Ironisnya kita sering menganggap remeh dosa karena lidah. Lalu berbagai tempat kongkow penuh dgn pembicaraan tak berguna, bahkan batil.
Kemudian beliau bersabda, “Inginkah kuberitahukan kepadamu penegak dari semua amalan itu?” aku (Muadz) menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Tahanlah ini,” aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami betul-betul akan disiksa akibat ucapan kami?” beliau menjawab, “Kasihan kamu wahai Muadz, apakah ada yang menjerambabkan manusia di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka kecuali buah dari ucapan lisan-lisan mereka?!” (HR. At-Tirmizi no. 2616 dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”)

Rasulullah Muhammad SAW adalah seorang nabi dan rasul terakhir. Dalam ajaran Islam, ada beberapa alasan mengapa Rasulullah sering menekankan pentingnya diam atau berbicara dengan bijak. Beberapa alasan tersebut antara lain:

1. Kualitas dan keberkahan kata-kata: Dalam Islam, kata-kata memiliki kekuatan yang besar. Rasulullah menyadari bahwa kata-kata yang diucapkan dengan bijak dapat memberikan manfaat dan keberkahan, sementara kata-kata yang tidak baik dapat menyebabkan kerugian dan pertentangan. Oleh karena itu, Rasulullah mendorong umat Muslim untuk lebih memilih diam jika perkataan mereka tidak memiliki manfaat atau dapat menimbulkan masalah.

2. Menghindari perkataan yang buruk: Rasulullah mengajarkan bahwa seseorang harus menjaga lidahnya dari perkataan yang buruk atau menyakitkan. Diam lebih aman daripada berbicara dengan kata-kata yang bisa melukai perasaan orang lain atau menyebabkan konflik. Rasulullah mengatakan, "Barangsiapa yang percaya kepada Allah dan Hari Kiamat, hendaklah dia berkata yang baik atau diam."

3. Membangun kesadaran diri: Diam dapat membantu seseorang untuk lebih mengenal dirinya sendiri dan lebih peka terhadap perasaan dan pikiran yang muncul. Dalam diam, seseorang dapat merenungkan tindakan dan kata-kata mereka sebelum melanjutkan untuk berbicara. Rasulullah menganjurkan untuk merenungkan kata-kata sebelum mengucapkannya agar tidak menyesal di kemudian hari.

4. Menghindari kesalahan dan dosa: Berbicara terlalu banyak meningkatkan kemungkinan membuat kesalahan atau mengucapkan hal-hal yang tidak seharusnya. Rasulullah mengajarkan agar umat Muslim berhati-hati dengan apa yang mereka ucapkan dan memilih kata-kata dengan bijak. Dengan berdiam diri lebih sering, orang dapat mengurangi risiko melakukan kesalahan atau berbuat dosa dengan perkataan mereka.

Namun, penting untuk diingat bahwa dalam situasi yang memerlukan komunikasi, seperti memberikan nasihat yang baik, mengajarkan agama, atau memperbaiki keadaan yang buruk, Rasulullah juga aktif dalam berbicara dan memberikan petunjuk kepada umatnya. Prinsip diam atau berbicara yang bijak adalah untuk membimbing umat Muslim agar menggunakan kata-kata mereka dengan penuh pertimbangan dan kebaikan.





EmoticonEmoticon