Monday, May 1, 2017

Kemenangan Prof Anies Dan Sinyal Kemenangan Prof Masihu Di Sultra



Tampilnya Anies Rasyid Baswedan sebagai Calon Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2017 – 2022 yang berduet dengan Sandiaga Salahuddin Uno membuat Basuki Tjahaya Purnama yang bepasangan dengan Djarot Saiful Hidayat tumbang dari kursi 01 DKI Jakarta. Sang Petahana ini berhasil tergeserkan dari kursinya berdasarkan hasil Quick Count 19 April 2017. Perhelatan Pilgub kali ini bukan hanya pertarungan antara Anie-Sandi dan Ahok-Djarot, namun banyak kalangan mengasumsikan bahwa ini pun pertarungan Prabowo Versus Megawati. Selain itu, hadirnya Sang Pangeran Cikeas ke dalam pertarungan yang meski gugur duluan di putaran pertama menjadikan kita bertambah yakin bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga ikut turun gunung dalam pertarungan ini. Sehinggga tak heran banyak pengamat politik mengatakan bahwa inilah yang namanya “Pilgub rasa Pilpres”.

Meski banyak kalangan yang mengatakan bahwa faktor agama menjadi variabel utama keluarnya nama  Anis-Sandi sebagai Juara dalam perhelatan Pilgub DKI. Namun integritas dan kualitas keilmuan calon pun menjadi faktor pendukung menangnya Anies-Sandi. Anies Rasyid Baswedan yang notabene sebagai akademisi tentu memiliki keluasan ilmu dan kematangan konsep dalam membangun Jakarta. Integritas seorang akademisi yang selalu membawa tagline “Gerakan Turun Tangan” membawa nuansa baru dalam konstalasi politik bangsa dan patut diperhitungkan. Cerdas, paham konsep, dan berintegritas sebagai ikon yang selalu melekat pada diri akademisi menjadikan para pemilih tidak perlu berpikir dua kali dalam menjatuhkan pilihannya.

Kemenangan kandidat dari akademisi di Pilgub DKI Jakarta bukan hal yang baru dalam dinamika perpolitikan tanah air. Sebut saja nama Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, Psi, MSc yang berhasil menang dalam pemilihan kepala daerah Sumatera Barat. Alumni HMI Cabang Jakarta ini berpasangan dengan Muslim Kasim diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan berhasil meraih kemenangan dengan 32,44 persen suara dalam Pemilukada Sumbar yang digelar 30 Juni 2010 lalu. Selain Prof Irwan Prayitno, akademisi lain yang memenangkan pertarungan adalah Prof. DR. Ir. H.M. Nurdin Abdullah, M.Agr pada Pilkada Kabupaten Bantaeng 2009 silam. Bahkan saat ini, Nurdin yang bergelar profesor Ilmu Kehutanan ini masih memimpin Bantaeng. Ia berpasangan dengan HM Yasin dan terpilih lagi pada pilkada kedua 2013 lalu. Sejauh ini, ia meraih 50 penghargaan dalam berbagai bidang.

Bahkan jauh sebelum itu Indonesia juga pernah dihadirkan cerita Gubernur teladan dari Sulawesi Selatan, yakni Prof. Dr. Ahmad Amiruddin, yang akrab dengan sapaan Pak Amir. Karakter kepemimpinan dan kepribadiannya, tak jauh beda dengan Ali Sadikin. Sulawesi Selatan, khususnya Makassar yang sebelumnya akrab dengan kawasan kawah dan kumuh, disulap menjadi kota yang tertata rapih, teratur dan kota bersih, pada tahun 1993. Sejak menjadi Gubernur, pembangunan sarana dan infrastruktur perekonomian menjadi prioritas utama Pak Amir, demi terwujudnya masyarakat Sulsel yang siap bersaing di bidang ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan.

Kemenangan Prof Anies Rasyid Baswedan di Pilkada DKI Jakarta, terpilihnya Prof Irwan Prayitno pada Pilgub Sumatera Barat, menang dua periodenya Prof Nurdin Abdullah di Bantaeng, kemudian melegendanya nama Prof Amiruddin sebagai Gubernur teladan Sulawesi Selatan, seolah memberikan sinyal kemenangan pada para akademisi lain untuk tampil di pemilihan kepala daerah. Munculnya nama Prof Laode Masihu Kamaluddin selaku akademisi di Pilgub Sultra mesti menjadi perhatian serius. Mantan rektor Unissula ini juga tidak kalah saing dengan akademisi lain yang terjun di panggung politik. Berbagai prestasi dan penghargaan juga banyak diraih olehnya. Bahkan namanya diabadikan di salah satu gedung di Korea Selatan bertuliskan “Laode Hall : Dedicated to Dr. Laode M. Kamaluddin, who has shared a great dream for Asian Leadership in the world”.

Nama Prof Laode Masihu Kamaluddin selaku akademisi yang terjun ke panggung politik, tentu tak bisa dianggap remeh. Selain dedikasinya, prestasinya, pemikiran cemerlangnya, konsep-konsep besarnya, ia juga dianggap sebagai satu-satunya tokoh sultra yang memiliki relasi besar di tingkat nasional dan internasional (Baca: Mengenal Prof Masihu). Relasi internasional yang ia miliki mulai dari daratan Benua Eropa, Amerika, Asia, Afrika, maupun Australia. Di tataran nasional, ia memiliki hubungan keakraban yang baik dengan Prabowo Subianto, Jusuf Kalla, Zulkifli Hasan, maupun Anies Baswedan. Bahkan ketika Prof Anies masih menjabat sebagai rektor Universitas Paramadina dan kala itu Prof Masihu menjabat sebagai Ketua Forum Rektor Indonesia, mereka saling membangun komunikasi yang baik dan Anies Baswedan pernah menyempatkan diri mengunjungi Unissula.


Penulis : Jubirman (Ketua Himatika Unissula 2011-2012)

1 comment:


EmoticonEmoticon