Tuesday, September 26, 2017

PELUANG HEAD TO HEAD: MASIHU VS ASRUN



Oleh:

JUBIRMAN (Mahasiswa Pasca Sarjana UHO)


Perhelatan politik Sulawesi Tenggara yang akan digelar 2018 mendatang telah mulai mengerucut pada beberapa nama. Satu per satu figur calon gubernur mulai mengundurkan diri dari arena pertarungan dan beberapa yang lain masih bertahan. Salah satu figur yang menyatakan diri resmi mundur secara terang-terangan adalah Politisi Senior Partai Golkar, Ridwan Bae. Pernyataan mundurnya mantan Bupati Muna ini resmi diumumkan pada Rapat Pimpinan Daerah Khusus (Rapimdasus) Partai Golkar di Hotel Clarion Kendari, Sabtu (23/9/2017).
Hal ini menarik dibaca untuk para pengamat politik. Peluang 3 pasangan atau dua pasangan (Head to Head) mulai terlihat dalam “menit-menit terakhir” menunggu keluarnya surat rekomendasi partai. Resmi mundurnya Ridwan Bae dari pencalonan gubernur menuai tanda tanya besar bagi masyarakat Sultra. Mengapa seorang nahkoda partai juga pemilik kursi terbanyak kedua di DPRD Sultra ini mengundurkan diri di masa para cagub sibuk mencari tiket masuk Pilgub? Dengan alasan pertimbangan yang katanya matang ini, maka Golkar Sultra mengusulkan Asrun dan Rusman Emba untuk dipertimbangkan di DPP.
Dari kedua figur tersebut, rekomendasi Golkar berpeluang didapatkan oleh Asrun dengan pertimbangan Rusman Emba sebagai figur kepulauan yang dikenal sebagai kemenakan dari Ridwan Bae mau diambilnya sebagai 02. Jika ini terjadi, maka PDIP bisa saja bergabung ke koalisi Asrun-Rusman karena alasan Rusman Emba sebagai kader partai. Dan ini tentu telah melebihi 9 kursi yang dipersyaratkan. Golkar 7 kursi dan PDIP 5 kursi, sehingga total 12 kursi. Sehingga dengan demikian, Asrun-Rusman telah berhasil meraih tiket masuk Pilgub.
Sementara itu, belakangan ini beberapa media telah menghebohkan berita menarik tentang rekomendasi salah satu partai yang juga patut diperhitungkan di Perebutan kursi 01 Sultra. Tepatnya 19 September 2017, ramai-ramai media memberitakan ada wacana yang terhembus, “entah dari mana datangnya”, Prof Masihu akan menggantikan H. Imran untuk menahkodai Gerindra di Bumi Anoa ini. Sekaligus hal ini akan mengunci SK gerindra untuk dirinya raih tiket masuk Pilgub. Jika saja benar Gerindra akan mengusung Masihu di Pilgub Sultra, maka PAN akan berpikir dua kali dalam memberi rekomendasinya kepada Asrun.
Apalagi tim sukses Laode Masihu Kamaluddin telah ramai memasang jagoannya tersebut di media sosial untuk disandingkan dengan Tina Nur Alam. Bisa saja PAN akan merapat ke Gerindra untuk sama-sama mengusung Masihu – Tina di arena Pilgub. Karena Tina adalah salah satu kader PAN selain Asrun yang dikabarkan akan mendapatkan rekomendasi maju Pilgub. Hal ini diperkuat lagi PAN yang baru saja menarik dukungan dari Ichsan Yasin Limpo ke Prof Nurdin Abdullah di Pilgub Sulawesi Selatan. Selain karena alasan Ichsan tidak mampu menghimpun 8 kursi tambahan yang diminta PAN, juga karena sinyal Gerindra menunjukan aroma dukungan ke Prof Nurdin. Apalagi PKS telah memberi sinyal kuat juga untuk gabung ke koalisi Gerindra-PAN dalam mengusung Prof Nurdin di Pilgub Sulsel.
Jika kita membaca dinamika Pilgub Sulawesi Selatan yang koalisi umat (Gerindra, PKS, PAN, Demokrat) mulai satu per satu menunjukkan kekompakannya mengusung Prof Nurdin Abdullah, maka ini pula bisa terjadi di Pilgub Sultra. Gerindra akan menjadi penentu arah koalisi. Rekomendasi Gerindra ke Masihu bisa saja mampu menjadi magnet untuk menarik PAN dan PKS bergabung ke koalisi Masihu – Tina. Masuknya PKS ke koalisi karena alasan kepentingan politik pusat yang begitu mesra dengan Gerindra.
Peluang Head to Head bisa saja terjadi dengan formasi Asrun – Rusman yang akan diusung oleh Golkar dan PDIP akan berlawanan dengan Masihu – Tina yang akan dapat tiket dari Gerindra, PAN, dan PKS. Sedangkan Demokrat, Hanura, Nasdem, PPP, dan PKB tentu saja akan merapat ke salah satu pasangan koalisi di atas. Karena peluang partai-partai tersebut untuk bersatu mengusung salah satu figur lain kemungkinannya sangat kecil.
Bisa saja Nasdem akan mengusung Ali Mazi, tetapi kursi masih kurang sehingga butuh 6 kursi lagi. Begitupun dengan Rusda yang dimungkinkan akan dapat tiket dari Demokrat hanya saja masih kurang 3 kursi. Dan prediksi Ali Mazi – Rusda untuk bergabung dalam satu koalisi memiliki peluang yang sangat kecil. Meski dalam politik bisa saja terjadi, tetapi ini sulit, karena dinamika politik yang belum mampu mencair dengan baik di antara para figur dan beberapa partai tersebut. 


EmoticonEmoticon